Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Sistem Full Day School Kurang Pas Diterapkan di Sekolah Pedesaan

Bima Putra

Pendidikan penting dan berguna sekali terhadap perkembangan siswa. Pendidikan sekolah juga mampu melakukan beberapa kebutuhan siswa dan membentuk diri yang baik dari kemampuan, keahlian, etika dan akhlaknya dalam aktivitas, dan semangatnya di masa yang akan datang.

Usaha pemerintah supaya tujuan pendidikan mampu terlaksana dan harus melaksanakan sistem dan kurikulum saat ini supaya dapat terlaksanakan tujuan ini dengan baik, yaitu membentuk suatu strategi pendidikan full day school.

Full day school merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, full artinya penuh, day artinya hari dan school artinya sekolah. Secara terminologi full day school adalah proses pembelajaran yang dilakukan seharian penuh. Di mana siswa lebih banyak beraktifitas di sekolah di bandingkan rumahnya, lamanya waktu belajar siswa dapat mengembangkan mutu pendidikan dan pembentukan akidah dan akhlak siswa serta menanamkan nilai-nilai positif. 

Full day school memiliki konsep yakni integred curiculum dan integred activity, dengan konsep pembelajaran tersebut diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam mengkolaborasikan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan baik.

Full day school merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memperbaharui mutu pendidikan di sekolah yakni dengan diterapkannya sistem full day school, yaitu sekolah mulai dari hari Senin sampai Jumat. Yang akan diterapkan dalam sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Padang Pariaman. 

Munculnya full day school (sekolah sepanjang hari) di Kabupaten Padang Pariaman menimbulkan kontroversi di berbagai kalangan baik di sekolah, orangtua, maupun masyarakat umum. Gagasan ini sebenarnya bertujuan untuk menanamkan pendidikan karakter bagi peserta didik dari jenjang Taman Kanak-kanak/Pendidikan Anak Usia Dini (TK/PAUD), SD (Sekolah Dasar), sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Menurut kami sistem full day school kurang pas diterapkan di sekolah-sekolah pedesaan khususnya sekolah yang ada di kecamatan yang masih terpelosok, bahkan termarjinalkan karena akses jarak serta infrastruktur. Karena rata-rata perekonomian warga desa atau nagari di Kabupaten Padang Pariaman adalah kelas menengah ke bawah, mereka biasanya memberi uang saku Rp 3.000 hingga Rp 5.000 kepada anak-anaknya, dan tenaga siswa masih dibutuhkan untuk membantu orangtua setelah pulang sekolah, seperti merumput atau ke sawah, di sisi lain, adanya implementasi full day school secara tidak langsung akan menambah angka kemiskinan daerah dan membebani orangtua karena orangtua diharuskan memberi uang saku lebih kepada anak-anaknya untuk bekal makan siang dan berkurangnya penghasilan lantaran berkurangnya tenaga mencari nafkah.

Kami yang juga seorang guru honorer merasakan keadaan ekonomi orangtua siswa, pernah kami tanyakan anak berapa uang jajan mereka setiap hari ke sekolah. Kisaran uang jajan siswa Rp3.000-5.000 an kecuali bagi orangtuanya mampu. Kalau ada kesempatan untuk hadir berkunjung, Bapak H. John Kenedy Azis, SH, MH, Bupati Padang Pariaman pasti akan menemukan itu di sekolah kami, yakni SDN 25 Lubuk Alung beralamat di Indaruang, Nagari Aia Tajun, Kecamatan Lubuk Alung. Perlu juga diketahui bahwa kebanyakan profesi orangtua siswa sebagai buruh tani / buruh harian lepas. 

Dampak Positif Full Days school Bagi PBM (Proses Belajar Mengajar) 

Namun kalau dicermati memang penerapan full days school ini ada nilai plusnya karena penambahan waktu di sekolah bukan berarti siswa belajar seharian penuh di sekolah akan tetapi mereka mengikuti kegiatan-kegiatan pendidikan karakter berupa ekstrakurikuler yang mendukung segala potensi kepribadian siswa. Kegiatan ekstrakurikuler bisa diprogramkan oleh sekolah dengan membagi jam pelajaran yakni pembelajaran formal di dalam kelas setengah hari dan kemudian dilanjutkan berbagai kegiatan ekstra informal di luar kelas seperti kajian keagamaan, Pramuka, PMR (Palang Merah Remaja), olahraga, kebudayaan, kesenian dan lain-lain. 

Sehingga dengan berbagai kegiatan positif ini dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter, kreativitas, kemandirian dan inovasi siswa yang berwawasan IPTEK dan IMTAQ yang mana ini sejalan dengan perubahan dilakukan oleh Bupati Padang Pariaman Bapak H. John Kenedy Azis, SH, MH beserta perangkatnya demi kemajuan pendidikan di Kabupaten Padang Pariaman.

Selain Kabupaten Padang Pariaman, konsep full day school sebenarnya sudah lama berlaku di sekolah-sekolah swasta ataupun di pesantren yang memiliki fasilitas dan program informal di luar kelas. 

Banyak orangtua memasukkan anak-anaknya ke sekolah tersebut dengan tujuan agar terhindar dari pergaulan bebas di luar sekolah. Ke khawatiran sangatlah beralasan karena kenyataan saat ini banyaknya pemberitaan di media massa terjadi di mana-mana tentang kenakalan remaja, tawuran, penggunaan narkoba dan lain sebagainya yang akhirnya mengakibatkan kemerosotan moral dan merusak generasi bangsa kedepan. 

Maka dari itu, diperlukan upaya baik pemerintah daerah, masyarakat dan orangtua untuk mengontrol dan menjaga generasi agar terhindar dari pengaruh negatif di luar sekolah, salah satu caranya memprogramkan full day school. 

Konteks Sosiologis Dan Sisi Negatif Full Days School

Ditinjau dalam konteks sosiologis, full day school dinilai menjauhkan siswa dari lingkungan bermainnya atau bersosialisasi dengan tetangganya. Hal ini dapat menimbulkan siswa merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya, merasa minder, tidak mau bergaul, dan tertutup terhadap tetangganya walau di sekolah anak tersebut mungkin memiliki banyak teman.

Inilah dampak negatif pada pelaksanaan full day school saat ini kurangnya waktu bersama keluarga, anggota keluarga, dan anak menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dengan teman-teman yang ada di sekeliling sekolahnya saja, anak pulang sore dan beberapa siswa ada juga pulang sekolah les tiba di rumah sudah malam, banyak siswa merasa kelelahan, dan kurangnya interaksi dengan keluarga. Dan juga kurang kebebasan siswa serta adanya rasa jenuh dan rasa kelelahan pada diri siswa tersebut dan juga merasakan bosan karena seharian berada di sekolah. Apalagi jika rentang waktu di sekolah dan cara mengajar tidak bervariasi, beberapa guru yang mengajar seperti metode ceramah dan diskusi, metode ini dilakukan 4 jam per mata pelajaran yang diajarkan satu mata pelajaran membuat siswa merasa bosan, jenuh dan mengantuk ketika proses belajar berlangsung apalagi di atas jam 2 siang hari.

Kebenaran yang terjadi cara model pembelajaran yang diberikan atau digunakan guru masih menoton. Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang membuat siswa merasa jenuh dan bosan apalagi seharian di sekolah. Sementara guru menyampaikan materi pembelajaran di depan kelas banyak siswa yang berbicara di belakang bersama teman sebangkunya, acuh tak acuh dengan pelajaran yang sedang berlangsung atau yang disampaikan oleh guru tersebut, hal ini berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa ditambah lagi adanya pelarangan penggunaan jual LKS (Lembar Kerja Siswa) padahal LKS menjadi media pembelajaran pendukung bagi Guru.

Sebagian orangtua menilai bahwa penerapan full day school sebagai bentuk kekeliruan dalam menyikapi pendidikan dan persekolahan. Seolah-olah pendidikan identik dengan persekolahan, padahal pendidikan jauh lebih luas dari persekolahan. Pendidikan dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di lingkungan masyarakat.

Potensi Terjadi Kejenuhan Belajar Serta Kelelahan Siswa

Di khawatirkan sekolah yang melaksanakan full day school menyebabkan siswa kelelahan, dan kelemahan metode full day school yaitu kelelahan, kejenuhan dan kebosanan siswa sekolah sepanjang hari. Seperti lelah yang berkepanjangan seperti kelelahan fisik, kelelahan mental, maupun kelelahan emosional. Dan merasakan kejenuhan belajar juga yang disebabkan waktu belajar yang terlalu penuh seharian. Penuhnya waktu belajar siswa juga salah satu penyebab siswa merasakan kejenuhan belajar, timbulnya rasa bosan dan lelah akibatnya kurangnya konsentrasi belajar ketika pembelajaran berlangsung. Disebut sebagai faktor penyebab burnout atau disebut kondisi stres yang dialami, orang burnout merasa kelelahan sepanjang hari. Burnout belajar merupakan hubungan yang buruk antara siswa dan guru, dan ada juga tidak ada umpan balik dari teman di kelas, dan adanya persaingan antara siswa dengan siswa di kelas.

Sehingga berdampak tidak baik dalam proses belajar siswa tersebut.

Aspek-aspek kejenuhan belajar atau disebut burnout belajar memiliki tanda tanda seperti gejala yang sering dialami seseorang yaitu munculnya rasa malas, lesu, enggan, dan tidak bersemangat untuk belajar atau mengikuti proses pembelajaran berlangsung sampai sore. 

Aspek-aspeknya yaitu:

a. Kelelahan emosional, secata umum peserta didik mengalami kelelahan secara emosional, perasaan yang dirasakan ataupun sikap nah misalnya kurangnya keinginan untuk belajar dan individu tersebut merasa lelah nerves dan merasa frustasi. 

b. Kelelahan fisik, kelelahan fisik adalah kelelahan ditandai adanya kejenuhan, letih ketegangan otot, perubahan dalam kebiasaan makan, sebagian siswa ada yang bawa bekal dari rumah ada juga yang tidak, bagi yang tidak orangtua yang tidak masak atau kekurangan dalam masalah ekonomi, banyak siswa yang menahan perutnya tidak makan nasi dari pagi sampai sore hanya memakan cimilan seharga di bawah 5.000 yang menyebabkan energinya rendah. Penderita burnout atau kejenuhan merasakan badannya yang sakit dan gejalanya ditandai dengan sakit kepala, nyeri, mual, mag kambuh, dan lain sebagainya.

c. Kelelahan kognitif, dimana kelelahan kognitif ini peserta didik yang mengalami kejenuhan yang mendapat beban terlalu berat pada otak, peserta didik yang biasanya sekolah sampai siang sekarang pulang sore, ditambah lagi tugas-tugas yang diberikan guru yang terlalu banyak. Hal ini berdampak ketidakmampuan peserta didik untuk berkonsentrasi, dan mudah lupa.

d. Kehilangan motivasi, kehilangan motivasi pada peserta didik yaitu hilangnya idealisme, peserta didik menyadari dirinya yang kehilangan semangat, dan tidak realistis.Dari penjelasan diatas peserta didik dianggap kurangnya motivasi pada dirinya.

Berdasarkan tulisan diatas, maka saran yang dapat kami sampaikan kepada Bupati Padang Pariaman Bapak H. John Kenedy Azis, SH. MH agar di sosialisasikan sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah

a. Tingkatkan lagi kualitas dalam sistem pembelajaran agar lebih kondusif dan berkompeten dalam segi akademik untuk meningkatkan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

b. Agar terus menambah kegiatan – kegiatan positif dalam upaya pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual.

c. Selalu merawat sarana dan prasarana sekolah agar dapat berfungsi dengan baik.

2. Kepala Sekolah

a. Meningkatkan kedisiplinan peraturan sekolah dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada peserta didik tahun ajaran baru terkait sistem full day school dan seluruh tata tertib yang di terapkan sekolah, sehingga siswa dapat mengetahui dan memahami peraturan, tata tertib dan sanksi.

b. Lebih memperhatikan kenyamanan peserta didik dalam pembelajaran dan kenyamanan orang tua yang telah memberikan kepercayaan untuk mengembangkan potensi anaknya di sekolah.

c. Lebih mengoptimalkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik.

d. Selalu mengupdate kegiatan –kegiatan yang terkait pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual.

e. Selalu mengevaluasi setiap kegiatan yang telah terlaksana

3. Bagi Guru

a. Supaya lebih meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan perkembangan kognitif anak lebih optimal.

b. Supaya lebih bersikap profesional dalam membimbing siswa untuk membentuk karakter religius dan kecerdasan spiritual.

c. Guru bisa menjadi contoh dan teladan dalam berperilaku agar menjadi uswatun hasanah bagi siswa untuk membentuk karakter religius dan kecerdasan spiritual.

d. Guru melakukan pengawasan dan mengontrol setiap kegiatan yang diselenggarakan sekolah.

4. Bagi Siswa

a. Siswa dalam proses pembelajaran harus lebih aktif dan mandiri.

a. Siswa dapat menggali potensi yang ada di dirinya.

b. Siswa dapat lebih meningkatkan lagi interaksi sosial kepada seluruh stakeholder di sekolah dan di lingkungan sekitar rumah

c. Siswa dapat lebih meningkatkan lagi rasa empati dan kekeluargaan di lingkungan sekolah.

d. Siswa lebih disiplin dan mengikuti program yang telah dibuat oleh sekolah dalam upaya pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual.

e. Siswa dapat lebih meningkatkan lagi dalam mengerjakan amalan – amalan sunah seperti sholat dhuha, puasa sunah senin – kamis dan lain – lain.

f. Siswa lebih konsisten dalam mengerjakan sholat 5 waktu, yakni : Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya’.

g. Siswa selalu membiasakan 7 S (senyum, salam, sapa, sopan, santun, sabar dan syukur) ketika bertemu orang yang lebih tua, guru, dan temannya.

h. Agar siswa selalu mengimplementasikan nilai – nilai religius yang telah diajarkan oleh guru dan orang tua dalam kehidupan sehari – hari.

i. Agar siswa selalu meningkatkan nilai – nilai religius yang telah diajarkan oleh guru dan orang tua.

5. Bagi Orang Tua

a. Agar orang tua selalu memperhatikan perkembangan belajar siswa sehingga siswa tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pintar.

b. Orang tua selalu mendukung kegiatan yang telah diprogramkan sekolah dalam upaya pembentukan karakter religius dan kecerdasan spiritual.

c. Orang tua mengarahkan siswa untuk berprilaku religius dan mengawasi anaknya dalam pergaulan di luar sekolah.

d. Orang tua sebagai wali murid harus selalu memberikan feet back kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Sebagai kalimat penutup....

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

“Menghilangkan kemudharatan itu lebih didahulukan daripada Mengambil sebuah kemaslahatan.”

Wassalam,

Hormat Kami

Bima Putra, S.Pd, M.Pd

(Guru honorer SDN 25 Lubuk Aluang)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies