Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

IC - Syekh Burhanuddin TV "Spion" Oleh: Prof. Dr. Duski Samad

Usai podcast TV Syekh Burhanuddin, para petinggi STIT Syekh Burhanuddin foto bersama.

Topik di atas muncul saat dialog podcast perdana IC-Syekh Burhanuddin TV, Sabtu, 18 April 2025 bersama Prof. Armai Arief dan Duski Samad yang dipandu Ahmad Damanhuri dalam tema Syekh Burhanuddin dan Pendidikan Islam di Minangkabau.

Dialog yang mengangkat bahasan tentang Syekh Burhanuddin dan Pendidikan Islam di Minangkabau dalam faktanya menjadi perhatian tokoh, ulama dan pemerintah dengan mengabadikan nama Syekh Burhanuddin menjadi nama Perguruan Tinggi Islam, STIT Syekh Burhanuddin yang sudah berdiri sejak 15 Mei 1978 lalu.

MEMACU PENDIDIKAN ISLAM 

Sejarah mencatat bahwa kegiatan pendidikan Islam secara sistematis dan melembaga melalui surau tercatat di Minangkabau adalah ketika Syekh Burhanuddin Ulakan (wafat 1111H/1699M) setelah ia belajar dengan Syekh Abdurrauf di Aceh yang sudah ada lembaga pendidikan Meunasah dan Dayah.

Ilustrasi yang disampaikan Professor Armai Arief bahwa sejarah itu laksana kaca spion mobil yang diperlukan untuk mengetahui masa lalu yang ditinggalkan. Sejarah Syekh Burhanuddin dan ulama lain adalah tempat mengintip kemajuan lalu, sedangkan kaca mobil besar letaknya di depan untuk memastikan jalan yang akan ditempuh. 

Perlu dipelajari untuk pertimbangan bahwa kegiatan pendidikan Islam Syekh Burhanuddin Ulakan memiliki akar kuat dalam tradisi tarekat dan pendidikan Islam klasik di Minangkabau. Beberapa poin penting terkait kegiatan pendidikan Islam yang menjadi titik kemajuan adalah:

1. Pendidikan Surau

Syekh Burhanuddin mendirikan Surau Tuo di Ulakan, yang menjadi pusat pendidikan Islam di pesisir Barat Sumatera pada abad ke-17. Surau ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga lembaga pendidikan yang mencetak banyak ulama.

2. Metode Pendidikan Tradisional

Beliau menggunakan sistem halaqah (pengajian melingkar) dan talaqqi (pembacaan kitab klasik secara langsung) untuk mentransmisikan ilmu. Kajian mencakup: Ilmu Fikih (Mazhab Syafi'i). Tasawuf (khususnya Tarekat Syattariyah).

Tauhid dan Akhlak

3. Tarekat Syattariyah.

Syekh Burhanuddin adalah mursyid pertama Tarekat Syattariyah di Minangkabau, yang ia pelajari dari gurunya Abdurrauf Singkel di Aceh. Pendidikan tarekat menjadi bagian dari proses penyucian jiwa dan pembentukan karakter santri.

4. Jaringan Keulamaan

Santri-santri beliau menyebar ke berbagai daerah di Minangkabau dan luar Sumatera, melanjutkan dakwah dan pendidikan berbasis surau. Ini menciptakan jaringan keulamaan dan menjadikan Ulakan sebagai sentral spiritual.

5. Integrasi Ilmu dan Adab. Pendidikan beliau menekankan keselarasan ilmu zahir (syariat) dan batin (tasawuf), serta pentingnya adab dan akhlak dalam proses belajar.

6. Warisan Berkelanjutan.

Hingga kini, Ziarah Syekh Burhanuddin (Baiat) menjadi bukti eksistensi spiritual dan kultural dari pendidikan beliau. Warisan ini hidup dalam masyarakat Minangkabau melalui surau, tarekat, dan nilai-nilai Islam lokal.

Nilai Islam Lokal Warisan Syekh Burhanuddin 

Syekh Burhanuddin Ulakan merupakan tokoh sentral dalam sejarah Islamisasi Minangkabau. Melalui pendekatan tasawuf, pendidikan, dan dakwah berbasis surau, ia berhasil mentransformasikan budaya lokal menjadi budaya yang Islami, melahirkan prinsip hidup orang Minang: Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). 

Nilai-Nilai Islam Lokal Warisan Syekh Burhanuddin.

1. Integrasi Adat dan Syariat. Syekh Burhanuddin menegaskan bahwa adat dan syariat bukan dua kutub yang bertentangan, melainkan saling melengkapi. Konsep ABS-SBK menjadi pilar harmoni antara budaya dan agama, yang tetap hidup dalam sistem sosial dan hukum adat nagari.

2. Spiritualitas Tarekat dan Surau

Tarekat Syattariyah yang beliau bawa bukan sekadar ritual, tetapi jalan pembinaan akhlak dan kedekatan kepada Allah. Surau menjadi tempat kaderisasi ulama dan tokoh masyarakat—sebuah model pendidikan berbasis spiritual dan moral yang sangat relevan saat krisis karakter melanda generasi muda.

3. Tradisi Ziarah dan Silaturahmi.

Tradisi Basafa (ziarah ke makam Syekh Burhanuddin) adalah warisan budaya spiritual yang membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya menghormati ulama, menjaga silaturahmi, dan merawat warisan Islam lokal.

4. Prinsip Sosial Islam. Nilai gotong royong, musyawarah, keadilan, dan rasa malu (malu kepada Allah dan sesama manusia) menjadi bagian dari sistem nilai masyarakat Minang yang diwarnai oleh ajaran Syekh Burhanuddin.

Relevansi di Era Kontemporer

Di tengah arus sekularisasi, nilai ABS-SBK menjadi benteng identitas budaya dan agama. Pendidikan karakter yang berbasis surau dapat menjadi alternatif dari sistem pendidikan formal yang cenderung materialistik.

Spirit keberagamaan yang berakar pada lokalitas dapat menjadi strategi efektif dalam menghadapi radikalisme dan dekadensi moral. Penguatan institusi keulamaan dan revitalisasi tradisi tarekat sebagai ruang spiritual modern.

Nilai Islam lokal yang diwariskan oleh Syekh Burhanuddin bukanlah warisan masa lalu yang usang, melainkan pedoman hidup yang kaya makna dan relevan untuk membentuk masyarakat Minang yang religius, berbudaya, dan beradab di tengah tantangan zaman.

Kesimpulan: “SPION” Sebagai Cermin, Jalan, dan Arah Pendidikan Islam Minangkabau. Dialog perdana IC-Syekh Burhanuddin TV dengan tema "Syekh Burhanuddin dan Pendidikan Islam di Minangkabau" menjadi momentum penting untuk menengok kembali warisan besar ulama Minang melalui sosok Syekh Burhanuddin Ulakan. Ibarat kaca spion dalam mobil, sejarah pendidikan Islam yang beliau rintis memberi kita pantulan masa lalu yang harus dipahami dan dijaga. Namun, sebagaimana kaca spion bukan untuk berjalan mundur, maka pandangan utama tetap harus tertuju ke depan—ke jalan besar kemajuan yang telah dirintis oleh beliau dan para ulama penerusnya.

Pendidikan Islam yang bersumber dari surau, tarekat, kitab kuning, serta nilai-nilai adab dan spiritualitas adalah akar kuat yang menjadikan masyarakat Minang religius dan berbudaya. Dari Ulakan, jaringan keulamaan menyebar, nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah hidup, dan tradisi intelektual serta spiritual tumbuh.

Kini, di era digital dan global, warisan tersebut menuntut transformasi. Surau perlu diperkuat kembali sebagai pusat pendidikan karakter. Tarekat perlu didekati sebagai ruang pembinaan jiwa. Dan nilai-nilai lokal Islam Minangkabau harus dikemas dalam dakwah kreatif—seperti yang sedang dilakukan melalui IC-Syekh Burhanuddin TV ini.

“SPION” bukan hanya simbol, tetapi strategi: Sejarah sebagai Panduan, Islam sebagai Orientasi, dan Nilai sebagai Nafas. Bersama, mari kita melanjutkan jejak Syekh Burhanuddin—menghidupkan pendidikan Islam yang mencerahkan dan membudayakan, demi Minangkabau yang beradab dan madani.ds.18042025.

*Ketua Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies