Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Mi'raj (Naik)-lah Dengan Buku Oleh: Sunano

Presiden Prabowo Subianto memborong buku ketika berkunjung ke India.

Menurut saya, kebiasaan unik Presiden Prabowo saat berkunjung ke luar negeri adalah mengunjungi toko buku dan memborong buku dalam jumlah besar. Seperti ketika mengunjungi New Delhi, Prabowo Singgah ke toko buku langganan dan memborong buku. Minat baca Presiden RI ke-8 ini memang luar biasa. Kebiasaan yang sudah dilakukan sejak belia.

Lain presiden lain rakyatnya. Merujuk pada data UNESCO tahun 2016, di Indonesia, minat baca masyarakat berada di peringkat 60 dari 61. Minat baca orang Indonesia hanya berada di angka 0,001 persen. Jika diartikan, hanya terdapat 1 orang Indonesia dari 1000 orang Indonesia yang gemar membaca. Hasil ini tidak banyak berubah ketika PISA (Programme for International Student Assessment) mengumumkan hasil pengukurannya pada 2022, skor yang diperoleh adalah peringkat 60 dari 81 negara yang didata.

Anehnya, Indonesia menempati urutan keempat negara pengguna gawai (gadget) setelah China, India, dan Amerika. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Setiap hari, orang Indonesia bisa melihat gawai selama 9 jam. Ironis memang, dan mereka semua aktif di media sosial dengan kecerewetannya yang luar biasa. Mereka bisa mengomentari hal remeh dengan culas dan sakit kepala membaca hal yang serius.

Dunia buku dan perpustakaan di Indonesia memang sedang babak belur. Tradisi membaca buku terus menurun. Perpustakaan umum perlahan menghilang, bahkan dari rumah-rumah orang berpendidikan dan kaya. Jarang sekali mengoleksi buku di rumahnya.

Penerbit buku juga banyak di usia senja. Tinggal menunggu waktu untuk tutup. Sebagian penerbit memang masih terus mencetak buku, tapi bukan buku pemikiran. Sebagian besar adalah buku-buku yang populer salah satunya buku terkait kebutuhan emosional. Bisa dilihat dengan makin larisnya buku-buku motivasi, terapi psikologis, _how to_, tips, novel berbasis emosi, dan buku “mirip biografi”. Sedangkan buku-buku pemikiran, ilmiah yang berat dan tebal semakin tidak diminati, kalau toh kalangan mahasiswa membutuhkan buku itu hanya untuk referensi kuliah yang dibaca sebentar saja. Sangat jarang, atau bisa dibilang langka sekali tiap rumah, desa, mahasiswa punya perpustakaan. Minimal menyimpan semua referensi kuliah. Entahlah apa yang mereka pelajari selama ini.

Hal yang berbeda dengan _founding father_ kita. Soekarno dan Mohammad Hatta ketika di penjara dan diasingkan memilih mengangkut berpeti-peti buku untuk menemani. Tradisi membaca mereka sangat kuat. Makanya, meskipun kalangan terdidik Indonesia jumlahnya sangat sedikit, tradisi intelektualnya sangat hidup. Di era awal kemerdekaan sampai Orde Baru, investasi pada buku, perpustakaan juga menjadi perhatian serius pemerintah. Memastikan semua sekolah memiliki perpustakaan yang besar dan memadai.

Anehnya, menjelang era Reformasi sampai sekarang, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah perlahan menghilang. Coba saja mendatangi Perpustakaan Daerah, mirip kuburan. Sepi pengunjung. Anehnya, gedung Perpustakaan Nasional sangat megah. 

Kita memang mengalami krisis literasi, buku dan perpustakaan. Lihat saja, mana ada orang dengan kemampuan modal tinggi punya motivasi beramal dengan mendirikan perpustakaan. Jangankan akan menghasilkan _cash back_, malah tiap bulan kita dituntut mengeluarkan biaya operasional.

Memaknai Isra’ Mi’raj

_Isra' mi'raj_ adalah perjalanan Rasulullah dari Makkah ke Masjidil Aqsa, dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Perjalanan Rasulullah ini untuk menerima perintah shalat 5 waktu tiap hari bagi umat Islam. _Isra’ mi'raj_ juga merupakan ujian bagi bangsa Quraish umumnya dan umat Islam khususnya, apakah akan mempercayai kebenaran kisah perjalanan Rasulullah. Apakah harus diferivikasi pengetahuannya atau diterima saja kebenarannya.

Masalah kebenaran Islam sampai sebelum _isra' mi'raj_ memang dalam masa krisis. Umat Islam menyebut sebagai tahun kesedihan. ujian yang bertubi-tubi dan sangat berat dirasakan Rasulullah. Sedangkan dakwah Islam tidak mengalami perkembangan menggembirakan. Ber-mi’raj-lah dengan akalmu, rohanimu, jasmanimu, nafsumu, dengan semua yang kamu miliki, maka kamu bisa bertemu Aku. Begitu kira-kira perintah Tuhan pada Nabi Muhammad, dalam kondisi gundah gulana, dalam masa diasingkan, dua pelindung utama, Paman Nabi, Abu Thalib dan istri tercinta Khadijah meninggal. 

Apakah itu peristiwa tunggal, hanya untuk Nabi Muhammad, atau untuk umat Islam keseluruhan? Sampai sekarang sebagian besar umat Islam memperingati _isra’ mi’raj_ sebagai peristiwa agung dan bersejarah. Saya memilih bahwa makna _isra’ mi’raj_ juga untuk umat Muhammad. Kita harus melakukan _isra’_ dengan sekolah, mendatangi ulama, dan membaca buku. Sekolah adalah perjalanan malam untuk memiliki pengetahuan.

Bagaimana konsep pengetahuan dalam Islam? Secara sederhana ada hierarkinya. Level satu adalah _jahl_, adalah pengetahuan yang belum diverifikasi kebenarannya. Itulah kenapa orang Arab disebut _jahiliyyah_. Pengetahun level _jahl_ bisa sesat dan menyesatkan. 

Pengetahuan level dua adalah _taklid_. Orang yang tidak tahu dan dia tahu ia tidak tahu, maka harus mengikut pada orang orang yang tahu. Sebagai murid harus _taklid_ pada gurunya.

Pengetahuan level tiga adalah _dzon_, belum sampai ilmu tapi masih prasangka. _Dzon_ levelnya taklid berbasis ilmu pengetahuan walaupun masih pada kesimpulan kira-kira. 

Sedangkan pengetahuan level keempat adalah _'ilm_, sehingga ia akan sampai pada level makrifat. Level keempat ciri-cirinya ada dua, memiliki bukti obyektif dan menenangkan jiwa (kepuasan jiwa).

_Isra'_ sebagai konsep perjalanan, menjelaskan bahwa tidak mungkin kita akan memperoleh level _'ilm_ hanya berdiam diri. Kita harus melakukan isra' dengan mengunjungi sumber ilmu; sekolah, tokoh otoritatif (cendekiawan) dan perpustakaan (buku). Menurut saya, Prabowo mengunjungi Prof Emil Salim merupakan adab melakukan _Isra’_ yang sangat luar biasa sebagai presiden. Jika kita sudah melakukan _isra'_ kita bisa melakukan _mi'raj_, naik level dari _jahl_ ke _'ilm_. 

_Mi’raj_ adalah naik tangga. Coba bandingkan luasnya cakrawala yang bisa dilihat antara orang hanya naik di lantai satu dengan lantai tujuh. Kalau kita hanya diam di lantai satu, pandangan kita hanya dalam kotak, terhalang tembok dan rimbun pepohonan. _Mi’raj_ adalah naik tingkat, naik tangga setinggi-tingginya. Maka, naiklah ke lantai tujuh, ber-_mi’raj_-lah ke lantai tujuh, cara pandang kita akan sangat luas. Kita bisa menikmati luasnya Jakarta. 

Lakukanlah _mi'raj_ dengan membaca buku, berdialog dengan banyaknya pengetahuan, dengan beragam informasi. Jangan dibatasi, pelajarilah tiap bangsa yang hilang dan berkemajuan, pemimpin yang akhirnya tenggelam dalam masalah dan berjaya. Pemikiran setiap tokoh, dan berbagai pandangan tiap kelompok. Biar kita tidak terjebak dalam kelompok jahiliyyah, pengetahuan tanpa konfirmasi. Tidak terjebak dalam ujaran kebencian dan hoax.

Tradisi Dalam Islam

Ada contoh tradisi dalam sejarah Islam pada abad pertengahan yang sekarang sudah ditinggalkan. Pada zaman kekhalifahan Abbasiyah dikenal dengan kemajuan intelektual yang sangat tinggi. Waktu itu, setiap pengusaha punya obsesi dan berlomba-lomba dalam mendirikan perpustakaan. Di tiap kota berdiri perpustakaan megah dengan jutaan koleksi. Perpustakaan pribadi pengusaha mencapai ratusan ribu koleksi. Perlombaan antara pengusaha dan mengoleksi buku sampai-sampai tiap buku dihargai dengan seberat timbangan emas. Apakah itu buku terjemahan atau karangan sendiri.

Muhallab ibn Abi Sur’ah, salah seorang Jenderal yang ternama dari Dinasti Abbasiyah pernah berpendapat bahwa untuk mencapai kemenangan dan kemerdekaan umat hendaklah jangan lupakan dua perkara, yaitu: persenjataan dan perpustakaan. Oleh karena itu pada suatu hari, tatkala anaknya hendak keluar berjalan-jalan, dinasehatkan “jika hendak pergi ke pasar, janganlah menoleh kekanan dan kekiri, jangan berhenti, melainkan pada dua tempat, yaitu tempat orang menjual senjata dan pada tempat orang menjual buku.” _“iza waqaftum fil aswaqi, fala taqifu illa ‘ala man jabi’us silaha au jabi’ul kutub"._

Abad ke-10 M adalah zaman keemasan dalam sejarah Spanyol dan Asbania. Masa pemerintahan khalifah ‘Abd al-Rahman III digantikan oleh Hakam II, bangsa yang mulanya terpecah belah, bersatu menuju kemajuan. Hakam II adalah pecinta ilmu pengetahuan yang tiada bandingannya. Diutus orang-orang membeli manuskrip kemana-mana, dan dalam istanannya terkumpul 400.000 naskah. Istananya penuh dengan pegawai perpustakaan, tukang salin dan tukang jilid. Dan sebagian besar koleksi sudah dibaca dengan memberikan catatan di dalamnya. Abdul Faradj, pengarang kitab Al-Aghani dihadiahi 1000 dinar untuk bisa memiliki naskah kitabnya.

Demikian, cerita Muslimin 10 abad yang lalu memandang tak ada amal yang ditinggikan lebih dari pada mendirikan gedung perpustakaan atau mewakafkan buku.

Zaman Belanda, terdapat beberapa perpustakaan seperti “bataviaasch Genootschap” dengan kekayaan kitab tidak kurang dari 200.000 jilid banyaknya. Sekarang hanya tersisa di institusi agama Katolik, seperti yang bisa dijadikan rujukan berburu buku di Perpustakaan Petra Surabaya, Perpustakaan Ignatius Yogyakarta, Perpustakaan Nasional. Pun jumlahnya sedikit sekali dibandingkan dengan perpustakaan Bibliotheque Nationale di Paris yang lebih dari 4.500.000 jilid kitab. Perpustakaan umum di Leningrad kekayaannya mencapai 4.300.000 jilid kitab dan Congres Library di Washington tidak kurang dari 4.200.000 buku.

Era digitalisasi, menggerus dunia buku cetak. Pemerintah Swedia sepertinya melihat mutu siswanya semakin menurun. Makanya berani berinvestasi sampai 1,7 triliun rupiah untuk mengembalikan sekolah ke tradisi buku cetak. 

Apakah pemerintah akan berinvestasi pada menghidupkan kembali perpustakaan sekolah. Para pengusaha kita berinvestasi membuat perpustakaan umum?

*Direktur Advokasi Konsumen Muslim Indonesia PP KB PII dan penulis buku Lucunya Prabowo

*Jakarta, 28 Januari 2025 (28 Rajab 1446 H)*

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies