![]() |
Ilustrasi : Oleh AI |
Botraman berasal dari kata “botram” dalam bahasa Sunda yang artinya makan bersama. Botraman bukan sekedar makan bersama, tapi budaya ini punya gaya unik yang bikin suasana makan jadi lebih akrab dan santai.
Lauk pauk seperti nasi liwet, ikan asin, ayam bakar, tahu tempe, tumis kangkung, sambal lalap dan semur jengkol ditata berjejeran di atas daun pisang yang digelar memanjang seperti tikar. Hal yang paling bikin spesial, semuanya dimakan berbarengan tanpa sekat, pakai tangan langsung sambil duduk lesehan.
Tradisi ini bukan cuma soal makan, tapi juga punya makna kebersamaan yang kental. Sayangnya, botraman sekarang makin jarang dilakukan. Orang-orang khususnya daerah perkotaan lebih sibuk dengan rutinitas masing-masing, bahkan saat makan pun, interaksinya lebih sering dengan layar HP daripada mengobrol dengan sesama manusia.
Padahal botraman meski terbilang sederhana, makna keakraban saat makan bersama ini lebih terasa, kehangatan obrolan dan tawa yang sesekali menjadi candaan saat botraman seakan menjadi "Barang Mewah" yang saat ini sulit ditemukan.
Di zaman digital, tradisi ini seakan makin tergerus. Makan jadi kegiatan yang individualis banget. Ada yang makan sendirian di depan laptop, ada yang makan di meja makan tapi sibuk scroll media sosial. Kebiasaan ngobrol dan bercanda saat makan mulai hilang, banyak orang yang berkumpul untuk botraman itu lebih sering selfie, memperbanyak moment foto bersama untuk sebuah validasi di media sosial dibandingkan ngobrol bersama dengan penuh keakraban.
Apakah ini satu ciri mulai hilangnya Interaksi Sosial?
Dulu, botraman itu sering jadi cara buat mempererat hubungan keluarga atau tetangga. Mau ada acara syukuran, panen, atau sekadar kumpul biasa, tradisi ini bikin suasana jadi hidup. Tapi sekarang, interaksi sosial makin langka. Orang lebih sering merasa “terhubung” lewat chat atau media sosial, padahal kehangatan nyata dari ngobrol langsung itu jauh lebih bermakna.
Botraman juga ngajarin kita tentang gotong royong. Mulai dari persiapan makanan, menyusun di atas daun pisang, sampai makan bareng semuanya dilakukan bersama-sama. Nilai-nilai ini yang sekarang mulai hilang karena gaya hidup modern yang serba instan dan individual.
Ilustrasi : Oleh AI