Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Mengembalikan Budaya Menulis di Kalangan Guru dan Alumni Pesantren

Lubuk Alung, Sigi24.com--Sejumlah alumni dan guru Pondok Pesantren Nurul Yaqin mulai tertarik untuk mendalami ilmu jurnalistik. Langsung dimotori Tata Handika, mengajak saya untuk jadi instruktur jurnalistik, setelah melewati diskusi lewat chatingan.

Tak banyak. Ada lima orang kawannya yang punya minat dan ingin menjadi penulis atau seorang jurnalis. Lebih dari satu jam, Minggu (16/1/2022) petang kami berdiskusi dan berbagi saja, soal dunia jurnalis dan kepenulisan.

Di bilangan sebuah kafe Simpang STIKIP YDB Lubuk Alung pertemuan sore itu, diskusi terasa singkat dan ingin rasanya berlama-lama, namun Magrib keburu masuk, dan diakhiri dengan catatan mereka saya beri tugas untuk membuat laporan, berita atau tulisan mengenai yang baru saja dilakukan.

Sebab, belajar jurnalistik harus banyak praktek ketimbang teori. Teori cukup singkat, silakan langsung cobakan apa yang sudah kita lakukan, dirangkai menjadi sebuah narasi yang mudah dibaca, dicerna. Kapan perlu menjadi enak dibaca banyak orang.

Pertemuan perdana dan insya Allah akan berlanjut itu, saya tak begitu banyak bercerita dasar-dasar jurnalistik. Saya sedikit memberikan gambaran, tentang ulama yang dan tokoh yang sukses dengan dunia tulis-menulis.

Saya menyebut KH Sirajuddin Abbas, seorang ulama Perti yang lama jadi wartawan, dan hingga kini karya bukunya masih jadi referensi banyak kalangan. Bahkan, orang pesantren tak ada yang tak kenal dengan ulama yang satu ini, karena banyak membeli buku karyanya.

Buya Hamka, juga seorang ulama yang terkenal berdakwah lewat tulisan. Bahkan, buku Tafsir Al-Azhar dia tuntaskan di penjara. Buya Hamka lama dan bahkan mendirikan surat kabar. Penting sekali hadir kembali penulis hebat di kalangan pesantren, yang kini tengah melanjutkan studinya di sejumlah perguruan tinggi.

Lalu, saya ceritakan pula tentang kepenulisan KH Saifuddin Zuhri dan KH Abdurrahman Wahid. Jadi jurnalis atau penulis, kunci utamanya adalah kemauan dan banyak membaca. Bila kemauan ada, akan banyak persoalan dan cerita yang kita temui dan layak dijadikan sebuah tulisan.

Begitu ulama dulu. Berdakwah secara lisan dan tulisan. Dakwah tulisan yang membuat ulama itu tidak mudah hilangnya dari peredaran. Contoh yang sudah dilakukan para ulama yang kita sebutkan tadi. Sampai kini karyanya masih dilakukan cetak ulang.

Kadang hanya persoalan kecil dan datar saja, tapi karena kemasan yang bagus lewat tulisan akan menjadi santapan enak bagi pembaca yang banyak. Apalagi bagi orang yang besar dan lama di pondok, sangat banyak bahan yang akan jadi sumber tulisan. Tinggal memompa semangat untuk menulis.

Sambil menikmati secangkir kopi, dialog dan diskusi kami tak terasa sampai pada penghujung waktu. Senja datang memisahkan, dan berharap akan ada pertemuan lanjutan, dengan catatan tugas selesai dikerjakan dengan baik.

Jangan takut salah. Yang penting buat. Jadikan sebuah tulisan. Terserah tulisan berbentuk apa. Boleh berita, feature, laporan, atau rangkuman kegiatan yang terbaca lewat narasi.

Orang pesantren punya modal yang besar untuk bisa jadi seorang penulis. Yang penting itu tadi, ada niat dan keinginan untuk menulis, rasa ingin tahu setiap melihat sesuatu, lalu banyaklah membaca.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies