Kelompok yang diuji oleh Endro S Effendi, Wakil Ketua PWI Pusat. (ist) |
PADANG, Sigi24.com--Mungkin karena terlalu lama bekerja tanpa laptop, sampai lupa saya cara menyalin bahan yang sudah diketik ke plasdis di saat Uji Kompetensi Wartawan (UKW) pada Jumat dan Sabtu 5-6 Juli 2024, yang difasilitasi Dewan Pers di Padang.
Sampai di mata ujian 2.5, saya belum juga dapat cara memindahkan dari laptop ke plasdis. Tapi, saya tak kehilangan akal. Saya khofi bahan, lalu saya buka plasdis dan dipastekan bahan yang dikhofi tadi.
Ada 10 mata ujian yang berhubungan dengan peningkatan status dari wartawan muda ke wartawan madya yang saya ikuti itu.
Peserta UKW 60 orang dinyatakan kompeten, lima orang belum kompeten. Dua lembaga yang menyelenggarakan UKW itu; PWI dan Universitas Dr. Moestopo.
Dari PWI seperti disampaikan Uyun Achdiat 31 peserta kompeten dan tiga belum kompeten.
Dari Universitas Dr. Moestopo yang diumumkan oleh Retno Intan ZA ada 24 orang ikut UKW, 22 kompeten dan dua orang belum kompeten.
UKW dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua Dewan Pers M. Agung Dharmajaya, dan ditutup Ketua Tim Pokja UKW Dewan Pers H. Marah Sakti Siregar.
Menurut Marah Sakti Siregar, semua wartawan harus kompeten. "Persentase wartawan yang kompeten di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan," kata dia.
Untuk ini, Dewan Pers terus mendorong dan memfasilitasi UKW ini. "Bagi yang belum kompeten saat ini, masih terbuka kesempatan untuk ikut kembali pada UKW yang akan datang," ulasnya.
Peserta UKW sebanyak itu berasal dari berbagai media cetak, online serta media stream lainnya.
Ada yang tegang dan galau saat UKW, pastilah itu. Sehebat apapun wartawan, ketika sudah diuji, terasa juga ciutnya.
Saya UKW kali ini adalah yang kedua kalinya, setelah UKW jenjang wartawan muda di Harian Singgalang bersama Lembaga Pers Dr. Soetomo tahun 2013.
Intinya, ikut UKW adalah sebuah kebutuhan. Digitalisasi yang menggilas kehidupan saat ini, menuntut wartawan harus profesional, dan terus menambah ilmu.
Di kelompok saya yang diuji oleh Endro S Effendi, Wakil Ketua PWI Pusat dan mantan Ketua PWI Kalimantan Timur dua periode disebutkan, bahwa sebagian orang jadi wartawan itu karena otodidak.
"Ketika berita sudah kita tangani selaku redaktur, pastikan tidak ada yang salah. Termasuk salah ketik, salah ungkapan, salah menempatkan tanda baca dan lainnya," ulas dia.
Redaktur sampai Pemred harus berani tidak populer. "Bayangkan, ketika berita yang masih berserak-serak dikirim oleh reporter, dipoles oleh redaktur, tapi pembaca dan masyarakat hanya tahu dengan wartawannya, karena melihat ujung berita," kata Endro. (ad/red)